Adonis Durado’s ‘Dili Tanang Matagak Mahagbong’ in Bahasa Indonesia

Sometime in June this year, I was invited to talk about Philippine literature in Malang, Indonesia. During the event, Denny Mizhar, the founder of Pelangi Sastra Malang read three poems which I translated to Bahasa Indonesia; Adonis Durado’s “Dil Tanang Matagak Mahagbong” was one of them.

Here is my translation of the poem which was originally written in Cebuano:

Tidak Semua Yang Jatuh Akan Turun

Adonis Durado

Bayangkan kawanan burung yang terbang

membuang kotoran di balik awan tebal di atas langit
Apa yang akan terjadi dengan kotoran mereka?
Akankah meluncur utuh
ke atap?
Atau musnah,
Seperti bintang jatuh, yang hancur lebur jauh sebelum
Mencapai telapak tangan kita yang menengadah?
Mungkin tak semua yang jatuh akan turun
Tak semua proyektil punya target –
Segala yang lepas dari tangan (Atau jatuh dari langit)
tak perlu mendarat di mana pun.
Penerjun payung itu hanya beruntung
diselamatkan atap, seperti layangan
yang terjerat tiang listrik;
Buah mangga yang terhempas dari tangkainya;
Hujan yang menetes dari lubang di atap
pada kaleng bekas berkarat—semua ini
mematuhi hukum fisika.
Tapi di manakah (jika benar ada) gelakmu terpelanting
Saat kita melompat sambil cekikikan di atas sumur tua?
Nama-nama dan kata-kata yang sudah kabur dari kenangan:
Ke manakah semua itu pergi?
(Serupa anak yang bertanya:
Angin, yang juga membawa kotak makan siangnya,
bertiup ke mana, jika tidak tertelan gerhana?)
Dan siapa yang berani menjamin cincin
Yang tergelincir dari jarimu dan
Melompat ke ombak itu,
barangkali masih turun,
hingga tiba di kedalaman entah?
Kini, aku ingin percaya
Jiwa-jiwa pasangan kekasih yang meloncat dari tebing itu
Masih terapung-apung entah di mana,
Melayang-layang di udara.

Writer’s note: Wawan Eko Yulianto helped edit this translation