Memperkecil Cinta: Puisi “Bonsai” oleh Edith Tiempo dalam Bahasa Indonesia

Terkadang, bila kita memikirkan tentang cinta, kita menganggapnya seperti pohon: sebuah konsep raksasa yang sulit dipahami manusia. Tetapi, bagaimana jika kita mengecilkan ukuranya seperti membuat bonsai? Apakah cinta menjadi kurang bermakna?

Dalam puisi “Bonsai“, cinta dianggap sebagai hal yang dapat ditemukan bahkan dalam hal-hal terkecil. Bahwa cinta dapat dipegang oleh tangan. Bahwa itu bisa terjadi di hari-hari biasa.

Puisi ini awalnya ditulis oleh Edith Tiempo (1919-2011) dalam Bahasa Inggris. Tiempo adalah seorang penyair, penulis fiksi, guru, dan seorang kritikus sastra dari Filipina.

Dalam tulisan ini, saya menerjemahkan karya beliau ke Bahasa Indonesia karena saya merasa tak seorang penulis pun pernah menggunakan bonsai sebagai metafora untuk cinta.

(UPDATE: Wawan Eko Yulianto helped in editing this translation)

Bonsai
By Edith Tiempo

All that I love
I fold over once
And once again
And keep in a box
Or a slit in a hollow post
Or in my shoe.
All that I love?
Why, yes, but for the moment-
And for all time, both.
Something that folds and keeps easy,
Son’s note or Dad’s one gaudy tie,
A roto picture of a queen,
A blue Indian shawl, even
A money bill.
It’s utter sublimation,
A feat, this heart’s control
Moment to moment
To scale all love down
To a cupped hand’s size
Till seashells are broken pieces
From God’s own bright teeth,
And life and love are real
Things you can run and
Breathless hand over
To the merest child.

Bonsai
Oleh Edith Tiempo

Semua yang kucintai
Aku lipat sekali
Dan sekali lagi
Agar pas masuk kardus
Atau diselipkan dalam bis surat
Atau dalam sepatuku.
Semua yang kucinta?
Tentu sementara saja—
Atau seterusnya, atau keduanya.
Sesuatu yang mudah dilipat dan disimpan,
Surat dari anak atau dasi murahan ayah,
Gambar foto seorang ratu,
Selendang India warna biru,
Bahkan selembar uang kertas.
Inilah sesungguhnya sublimasi,
Prestasi, kemampuan hati ini
Untuk selalu
Memperkecil cinta
Hingga dapat digenggam
Sampai kerang-kerang itu hanya serpihan
Dari gigi-gigi Tuhan yang cemerlang
Dan hidup serta cinta adalah
Hal-hal nyata yang bisa
Kau jalankan dan
Serahkan
Kepada anak semata wayang.

Public domain photo taken here.

Leave a comment